Wednesday, July 4, 2018

Normalkah Anak Punya Teman Khayalan

Apakah si kecil Anda pernah minta menyediakan daerah duduk untuk teman imajinasinya? Atau, dia sering kali bercerita seputar seorang teman yang tak terlihat bentuknya? Sebelum orang tua merasa ketakutan, sebenarnya ada penjelasan seputar teman khayalan yang awam dimiliki si kecil-si kecil.

Banyak orang tua berpikir bahwa si kecil yang mempunyai teman khayalan merupakan si kecil yang kesepian dan tak punya teman di dunia riil. Padahal sebenarnya bermacam - macam ragam karakter si kecil, mulai dari yang pendiam sampai yang supel dapat saja mempunyai teman khayalan (imajinasi).


Peran Sahabat Imajinasi dalam Perkembangan Anak
Sampai menempuh umur tujuh tahun, sebagian si kecil mengaku pernah punya teman khayalan. Sahabat khayalan ini kadang tak begitu saja sirna, sesudah si kecil mulai masuk sekolah dan bergaul dengan teman-teman lain.

Teman khayalan ini tak selalu berupa sosok manusia, namun juga dapat binatang dengan nama dan karakter tertentu. Ia Seumpama dapat saja punya teman khayalan yang dia sebut seekor kuda bertanduk atau unicorn, dengan separuh tubuh manusia yang berpakaian seperti putri. Ada juga si kecil yang mengandaikan mainan favoritnya sebagai teman pantasnya. Anak dapat juga mempunyai lebih dari satu teman khayalan. Hal ini merupakan format energi khayalan si Seumpama. Memerhatikan interaksi si kecil dengan teman imajinasinya dapat membantu Ibu memahami ketakutan dan kesukaan si Seumpama. Imajinasi, kalau teman imajinasinya takut ada monster di bawah daerah tidur, dapat jadi si Seumpama juga merasakan hal serupa.

Seumpama teman pada lazimnya, ternyata teman khayalan ini juga tak selalu menuruti kata-kata si Seumpama. Anak dapat saja bercerita bahwa teman imajinasinya bicara terlalu kencang, tak datang dikala dipanggil, atau mengganggunya dikala bermain. Seumpama dapat membeberkan sosok si teman secara detail, namun lazimnya si kecil-si kecil tahu bahwa teman mereka ini tak riil.

Bagaimana Sebaiknya Orang Tua Menyikapi Sahabat Imajinasi Ia Seumpama?
Keberadaan teman khayalan bukan merupakan pedoman si kecil tak berkembang secara normal. Ibu justru dapat memanfaatkan masa ini untuk mengajari si kecil seputar poin-poin tertentu. Imajinasi, kalau si kecil tiba-tiba menumpahkan isi toples sebab ceroboh dan dia menyalahkan teman imajinasinya. Hindari memarahi dikala dia berkata bahwa wajib teman khayalan yang memberesi.

Ibu sebaiknya tak berkata hal-hal seperti, “ pura-pura nggak salah!” atau menertawakan teman khayalannya. Ingatkan saja seputar undang-undang untuk selalu membersihkan rumah yang dekil.  Ibu bersikap memusuhi teman imajinasinya, si kecil akan cenderung lebih lama untuk lepas dari fase ini.

Akan namun menghargai persahabatan si kecil dengan teman khayalannya bukan berarti Ibu perlu ikut serta berinteraksi atau melibatkan teman khayalan. Imajinasi, hindari memanipulasi dengan mengatakan, “itu teman kamu menyukai makan wortel. Berarti kamu berharap juga ya.” , jauh dalam hati dan pikirannya, dia tahu bahwa temannya tak riil.

Pada dasarnya Ibu tak perlu panik dan terlalu cemas, namun konsisten hening dikala mengetahui si kecil mempunyai teman khayalan. Anak yang punya atau pernah punya teman khayalan lazimnya tumbuh menjadi si kecil yang bersuka cita, kreatif, gampang berprofesi sama dan bersosialisasi, serta mandiri.  umur tujuh tahun, teman khayalan lazimnya mulai sirna seiring dengan kesibukan si kecil di sekolah dasar. teman khayalan si kecil dianggap mengganggu atau mengkhawatirkan, ibu dapat membawa si kecil untuk konsultasi dengan psikolog agar mendapat penanganan yang ideal.

No comments:

Post a Comment

Rahasia Kredit Mobil Bekas atau Baru

Bagi sebagian orang, membeli dan memiliki sebuah kendaraan beroda empat bukanlah sebuah hal yang susah untuk dibuat, secara khusus bagi ...